Sabtu, 06 Maret 2010

Tugas makalah Bahasa Indonesia

BAB 1

PENDAHUUAN

Page 1



MAKALAH
BANJIR DAN ANTISIPASI BENCANA BANJIR.
OLEH
YOYON SUHARIYANTO
NPM : 21208322
KELAS : 2EB06
MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

I. Pendahuluan
Banjir, ada yang menyebutnya bah / air bah, adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir juga dapat didefinisikan sebagai debit ekstrim dari suatu sungai; untuk Kota Pontianak adalah Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, pecahnya bendungan sungai atau akibat badai tropis.
Banjir dan gejala kebalikannya, kekeringan, merupakan gejala / fenomena yang mempunyai latar belakang yang kini kian kompleks, merupakan bagian dari siklus iklim. Gejala itu kelihatannya non-diskriminatif, melanda negara negara maju yang manajemen lingkungannya bagus, maupun negara miskin dan ‘berkembang’ seperti India dan Indonesia, yang masih berkekurangan dalam manajemen lingkungan., atau bahkan belum menerapkan sama sekali manajemen lingkungan.
Banjir sebagai fenomena alam dapat merupakan / menciptakan petaka bagi manusia. Intervensi manusia terhadap alam kian memperbesar petaka yang terjadi akibat banjir












Page 2


Kini, banjir sudah merupakan bagian dari fenomena global. Ketika banjir merupakan gejala alam, ia dengan tidak begitu sulit bisa diramalkan karena menjadi bagian dari siklus iklim, tetapi ketika ia menjadi fenomena global maka ramalan banjir dapat sering meleset.
Dan makalah ini sengaja saya buat agar bias di baca oleh beberapa orang bahwa mengenai Permasalahan banjir ini sangatlah mempunyai dampak yang tidak bagus untuk masyarakat kebawah maupun masyarakat menengah keatas.
Di musim hujan terjadi banjir, longsor dan erosi yang makin parah dari tahun ke tahun. Pada keadaan vegetasi hutan masih utuh banjir sudah terjadi. Sekarang, vegetasi hutan serta kapasitas serap dan tampung air daratan telah banyak berkurang, banjir makin intensif. Cadangan air untuk musim kemarau makin sedikit. Akibatnya di musim kemarau kita menderita kekeringan. Banjir dan kekeringan merugikan pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan serta berdampak buruk bagi permukiman, perdagangan, perindustrian, pelistrikan, pariwisata, kesehatan dan keamanan
Kini, banjir sudah merupakan bagian dari fenomena global. Ketika banjir merupakan gejala alam, ia dengan tidak begitu sulit bisa diramalkan karena menjadi bagian dari siklus iklim, tetapi ketika ia menjadi fenomena global maka ramalan banjir dapat sering meleset.
Penyebab banjir antara lain :

• Curah hujan yang sangat tinggi. Sebagai contoh, pada tahun 2004, BMG mencatat curah hujan di Kota Pontianak Oktober 182,0 mm selama 17 hari, September 308,9 mm selama 21 hari, November 351,3 mm selama 22 hari, dan Desember 421,6 mm selama 25 hari. Pada tahun 2005, untuk bulan September 229,6 mm selama 16 hari, Oktober 538,3 mm selama 23 hari, dan November tercatat sebanyak 234,8 mm. selama 18 hari;
• Pasang surut air laut;
• Kirim air hujan dari pehuluan;
• Kerusakan kawasan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Kapuas dan Landak, dimana daya tampung palung sungai menjadi kecil;
.




Page 3

Penyebab banjir
Sesungguhnya kejadian banjir adalah hasil interaksi manusia dan alam yang keduanya saling memengaruhi dan dipengaruhi. Menunjuk faktor tunggal penyebab banjir dengan demikian menjadi tidak bijaksana dan kemungkinan besar, bahkan akan dapat salah arah. Penyebabnya tidak hanya melibatkan alam, tetapi juga manusia; juga lokal dan global. Dengan demikian penyebabnya bukan hanya masalah teknis, tetapi juga nonteknis.

Penyebab banjir antara lain :

• Curah hujan yang sangat tinggi. Sebagai contoh, pada tahun 2004, BMG mencatat curah hujan di Kota Pontianak Oktober 182,0 mm selama 17 hari, September 308,9 mm selama 21 hari, November 351,3 mm selama 22 hari, dan Desember 421,6 mm selama 25 hari. Pada tahun 2005, untuk bulan September 229,6 mm selama 16 hari, Oktober 538,3 mm selama 23 hari, dan November tercatat sebanyak 234,8 mm. selama 18 hari;
• Pasang surut air laut;
• Kirim air hujan dari pehuluan;
• Kerusakan kawasan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Kapuas dan Landak, dimana daya tampung palung sungai menjadi kecil;
• Saluran air yang tidak berfungsi dengan baik, karena banyak yang tersumbat, ditutup, atau dicaplok menjadi lahan rumah sehingga aliran air menjadi tersumbat atau tidak lancar;
• Tanah yang mempunyai daya serapan air yang buruk;
• Kian meluasnya permukaan tanah yang tertutup / ditutup. Terjadi perubahan tata air permukaan karena perubahan rona alam yang diakibatkan oleh pemukiman, industri dan pertanian.
• Tingginya sedimentasi, yang menyebabkan sungai dan parit cepat mendangkal;
• Permukaan air tanah yang tinggi (daerah datar). Jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga air mengalir pada permukaan;
• Buruknya penanganan sampah kota serta tidak memadainya infrastruktur pengendali air permukaan;






Page 4



• Buruknya penanganan sampah kota serta tidak memadainya infrastruktur pengendali air permukaan;
• Perubahan / instabilitas iklim yang disertai badai tropis. Penyimpangan iklim yang disebut gejala El Nino dan La Nina, gejala ketidakteraturan dan ekstremitas cuaca. Kenaikan suhu mejadikan gejala El Nino dan La Nina menjadi dominan, dan yang mengacaukan iklim terutama di kawasan Pasifik;
• Gelombang besar / Tsunami akibat gempa bumi menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai pada wilayah tertentu di tanah air;
• Telah tidak berfungsinya berbagai jenis kawasan lindung untuk menyerap air akibat ulah manusia, karena besarnya peluang (opportunity sets) bagi perorangan / perusahaan merusak sumber daya alam akibat berbagai fungsi lembaga-lembaga publik yang tidak jalan sebagaimana mestinya.






Bagaimana cara menangulangi banjir yang sudah luimrah di Negara kita karena hampir setiap tahun nya kita selalu dapat musibah banjir ?




















Page 5

BAB 2
PEMBAHASAN
MENGURANGI BANJIR DAN MENCEGAH KEKERINGAN
Kapasitas lahan menyerap air, kapasitas tampung danau dan rawa serta kapasitas sungai menampung dan menyalurkan air makin kecil, sehingga banjir makin parah. Jumlah air yang ditahan dan disimpan di daratan makin kecil, sehingga persediaan air untuk musim kemarau makin sedikit dan kekeringan makin parah pula.
Logisnya untuk mengurangi banjir dan mencegah kekeringan adalah dengan memperbesar kapasitas daratan menahan dan menyimpan air, yaitu memperbesar kapasitas lahan menyerap air serta kapasitas tampung danau, rawa dan sungai. Pengerukan sungai dan danau untuk memperbesar kapasitasnya dapat dilakukan kalau tersedia dana yang cukup besar. Kenyataannya, kita selalu kekurangan dana untuk keperluan ini.
Memperbesar kapasitas lahan menyerap air antara lain dengan memperluas kembali lahan yang tertutup vegetasi dengan baik. Namun tidak semua lahan yang sudah terbuka dapat ditanami kembali. Selain itu untuk vegetasi baru berfungsi memperbaiki kapasitas lahan menyerap air dengan baik diperlukan waktu yang relatif lama. Seringkali kita gagal menanami kembali lahan terbuka karena kekeringan, kebakaran, diganggu aliran permukaan atau berbagai penyebab lain.
Membangun danau atau waduk raksasa seperti Jatiluhur sangat mahal, memerlukan teknologi tinggi /tenaga ahli khusus, lokasinya terbatas, hasilnya terkonsentrasi pada kawasan tertentu, serta mempunyai beberapa dampak negatif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
Upaya yang relatif sederhana dan sangat mungkin dilakukan adalah membangun sebanyak mungkin kolam penampung air ukuran kecil yang biasa dikenal embung atau waduk kecil, situ, dan kolam. Penampungan air ini berkapasitas 4000 – 8000 meter kubik. Penampung air kecil dapat dibangun oleh masyarakat, karena tidak memerlukan keahlian tinggi, hanya dengan konstruksi tanah, relatif murah dan mudah menempatkannya di lapang.








Page 6
Meskipun demikian, di daerah berpenduduk padat seperti di Jawa, lokasi untuk membangun embung juga terbatas. Upaya lain untuk menampjung / menyimpan kelebihan air adalah dengan membuat sumur resapan sebanyak mungkin. Melalui sumur resapan, air diresapkan ke lapisan tanah yang lebih dalam dan lebih luas sehingga kapasitas resapnya menjadi lebih besar. Sumur resapan ini efektif pada lokasi yang tinggi seperti di puncak dan di lereng bukit atau gunung. Sumur resapan dapat dibuat di halaman rumah, kantor, sekolah, pasar, kebun, hutan, tegalan, di dalam embung dan sebagainya, tidak memerlukan lahan yang luas dan tidak banyak menggangu keperluan lain.
Bagi kebanyakan warga masyarakat, terutama di pedesaan dan kawasan urban, biaya pembuatan sumur resapan dirasakan mahal, yaitu di sekitar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) per sumur. Oleh karena itu masyarakat lebih menyukai lubang atau rorak resapan. Lubang resapan ini berukuran (1-3) x (1-3) x (2-3) meter kubik. Bentuk yang lebih sederhana adalah lubang berdiameter 10 – 15 cm dan 2 – 3 meter dalamnya. Lubang sederhana ini dapat dibuat berbaris sepanjang pagar atau berkumpul 10 – 20 lubang di satu tempat. Lubang resapan sebaiknya diisi sampah organik, yang berfungsi untuk menahan dinding lubang agar tidak runtuh, anak-anak dan hewan peliharaan tidak terperosok, menyuburkan tanah dan sebagai media hidup dan berkembangnya cacing tanah. Keberadaan cacing tanah sangat penting untuk melubangi dinding rorak, sehingga daya resap tanah makin besar.
Lubang resapan dapat dibuat di halaman, di kebun, tegalan, di pasar, di kiri kanan jalan raya, di taman dan lain-lain.
Di dataran rendah, dekat pantai (Jakarta, Semarang, Surabaya, Banjarmasin dll) yang air tanahnya dangkal atau tanahnya terlalu jenuh air atau kedap air, sumur lubang resapan biasa tidak efektif. Kelebihan air di kawasan seperti ini harus dimaksukkan ke lapisan aquifer melalui sumur Tirta Sakti. Air yang dimasukkan ke “aquifer” harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sumur Tirta Sakti dikembangkan oleh Universitas Trisakti, Jakarta, dan ada contohnya di sana. Sumur Tirta Sakti ini pun dapat dibuat di berbagai tempat dan tidak memerlukan lahan yang luas (Juawana dan Sabri, 2001).
Di kiri-kanan sungai besar dan di sekeliling danau yang selalu diluapi banjir di musim hujan, sebaiknya dibangun embung sebanyak mungkin, untuk menampung dan menyimpan air luapan (Imam Utomo, Guibernur Propinsi Jawa Timur, 2001, komunikasi pribadi). Di sepanjang sungai kecil sering dibuat cek dam. Namun selama ini kapasitas tampung air cek dam relatif sangat kecil. Untuk menambah kapasitas cek dam, bagian sebelah hulu dam dapat diperdalam dan diperluas.




Page 7

DAMPAK BANJIR, EROSI DAN LONGSOR

Tanah mempunyai kemampuan tertentu untuk menyerap dan menyimpan air. Kemampuan ini tergantung tekstur, struktur, kandungan bahan organik, ketebalan dan kepadatan solum tanah, serta keadaan vegetasi pada tanah tersebut. Bila jumlah air yang datang lebih besar dari kemampuan tanah menyerap air dan tidak ada jalur untuk air tersebut bergerak ke tempat lain, maka air yang tidak terserap akan menggenangi tanah tersebut. Bila jumlah air yang datang lebih besar dari kemampuan tanah menyerap air dan tidak ada jalur untuk air tersebut bergerak ke tempat lain, maka air yang tidak terserap akan menggenangi tanah tersebut. Kalau air yang tidak terserap tersebut mengalir ke tempat lain, disebut aliran permukaan (run off). Bila aliran permukaan ini jumlahnya besar dan bergerak cepat, daya rusaknya besar terhadap lahan yang dilaluinya. Air aliran permukaan secara alami akan berkumpul dan menggenangi tempat yang lebih rendah yaitu danau dan rawa atau masuk ke sungai dan terus mengalir ke laut. Selama kelebihan air tertampung oleh danau, rawa dan sungai, banjir tidak terjadi. Bila jumlah air yang masuk ke sungai lebih besar daripada air yang keluar ke laut, maka air akan meluap, menggenangi lahan di sekitar sungai, danau dan rawa tersebut. Genangan, luapan dan aliran permukaan yang cukup besar disebut banjir.
Aliran permukaan seringkali membawa butir tanah dan humus dari tanah yang dilaluinya disebut erosi. Bahan yang terbawa terebut diendapkan kembali antara lain di danau, rawa, sungai, serta di kawasan banjir dan di laut.
Air yang tergenang dan meresap ke dalam tanah meningkatkan bobot dan daya tekan terhadap tanah di bawahnya. Kalau daya tanah lebih kecil dari bobot tanah serta air di atas dan di dalamnya, maka pada lokasi yang miring badan tanah tersebut akan bergerak ke bawah yang disebut longsor. Longsor juga tergantung adanya penahan / pengikat tanah, disamping kemiringan, serta faktor-faltor yang mempengaruhi daya serap air. Penahan dan pengikat tanah adalah perakaran pohon. Tanah yang mengalami kekeringan parah di musim kemarau sangat mudah longsor bila mendapat banyak air di musim hujan

Di musim hujan, seringkali jumlah air hujan dalam waktu tertentu melebihi kemampuan lahan menyerap, menyiompan dan menampung air. Air kelebihan ini akan mengalir di permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya banjuir, eropsi dan longsor. Pada keadaan begetasi hutan masih utuh, banir sudah teriong terjadim, tetapi longsor dan erosi jarang terjadi,. Sekarang, vegetasi hutan dan kemampuan lahan menyerap dan menyimpan air banyuak berkirang, maka banir, longsor dan eroi lebih sering tyerjkadi dal lebih parah akibatynya. Jika ada La-Nina, banjir, longsior dan segala akibatnya sangat parah. Aada atau tidak ada La-Nina, banjior selalu ada. Oleh karena itru upaya pengurangan dan pengendalian banjir haruis dilakukan seoptimal mungkin



Page 8


Puncak Banjir Jakarta Bulan Januari 2010
Kamis, 19 November 2009 | 07:13 WIB

KOMPAS.COM/Dhoni Setiawan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia memprediksi bencana banjir di Jakarta akan datang lebih cepat, yaitu Januari 2010. Dengan kondisi Proyek Banjir Kanal Timur yang belum selesai, buruknya saluran drainase, masalah kerusakan di 13 aliran sungai, dan musim hujan yang mencapai puncaknya pada bulan itu, banjir diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.




















Page 9

BAB 3

PENUTUP

Kesadaran serta kerjasama dari pada penduduk itu sendiri adalah sangatlah penting untuk merealisasikan segala matlamat dan cadangan. Memastikan kestabilan ekosistem sesuatu tempat itu adalah perluuntuk memastikan alam sekitar dalam kondisi aman. Selain itu jangan menyalahkan pihak berwajib saja ,kita juga tidak patut menyalahkan pihak JPS apabila berlaku kesulitan ini adalaqh karena mereka hanya menjalankan kerja merekamengikuti prosedur yang di tetapkan. Selain itu, kerjasama dari pada penduduk juga amt penting. Kita hendaklah tidak membuang sampah di sungai dengan mengamalkan sikap mencintai sungai. Justru penduduk haruslah berubah dan berfikiran positif dan dinasehati supaya penduduk sabar dan berubah dengan kesan yang negatif yang mungkin di alami oleh mereka.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang diuraikan dalam makalah ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Permasalahan banjir di Jabotabek adalah merupakan masalah yang komplek sehingga untuk pemecahan masalah dilakukan secara sibernetik, holistik dan efektif dengan pendekatan kesisteman. Pengendalian banjir secara kesisteman yang berarti didalamnya terdiri dari kriteria-kriteria yang saling terkait dan mempengaruhi guna mencapai tujuan.
2. Dalam makalah ini pengendalian banjir dapat dikategorikan berdasarkan kriteriakriteria yang terdiri dari pendangkalan sungai, pengeloaan DAS, aliran permukaan, daerah resapan, perilaku masyarakat dan reklamasi pantai sedangkan alternatif pemecahannya berdasarkan perencanaan tata ruang, reboisasi dan teknologi pengendalian.












Page 10



DAFTAR PUSTAKA





Suharno, Dino, Cerita Banjir di kota Mereka

Kompas / Setiawan, Doni

Suhariyanto, Yoyon